Selasa, 26 Agustus 2008

Memaafkan orang lain

Kata maaf memang mudah diucapkan dan perlu penghayatan, namun bagi orang tertentu kadang berat untuk minta maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat. Kesalahan dapat dilakukan oleh siapapun dan di manapun, baik kesalahan kepada Allah maupun kepada sesama makhluk (termasuk bangsa). Keengganan ini mungkin disebabkan adanya anggapan dia memiliki kelebihan (kekuasaan,wibawa,keturunan,kekayaan) dari pada yang lain.
Di samping itu ada pula orang yang justru tidak mau memaafkan orang lain karena demdam yang mendalam, fanatisme agama maupun politik serta masalah kepangkatan dan lain-lain. Sikap seperti itu mungkin sekali karena belum disadarinya akan makna dan manfaat minta maaf dan memaafkan. Perbedaan agama,partai politik, suku maupun bahasa tidak akan menimbulkan kerusuhan yang berlarut-larut apabila ada sikap saling menghormati dan pengakuan adanya perbedaan di antara kita. Dalam hidup ini memang ada beberapa hal terpaksa berbeda. Di antara kita memang beda dalam selera makan, pakaian,rumah,kendaraan dan lain-lain. Dengan keanekaragaman itulah hidup ini menjadi harmonis dan dinamis. Adanya perbedaan membuat hidup ini saling mengisi dan tenggang rasa yang akhirnya menjadi kehidupan yang damai. Islam mengajarkan kerukunan dan diingatkan untuk tidak saling mengganggu. Dengan kerukunan akan tercipta keharmonisan dan kesejahteraan hidup. Di samping itu Islam juga memerintahkan untuk selalu memaafkan termasuk kepada orang-orang yang pernah atau sedang memusuhi kita maupun orang-orang yang tidak sependapat dengan kita. Bahkan diingatkan agar kebencian kita kepada suatu kaum/golongan jangan sampai membuat kita tidak berlaku adil, seperti yang ditegasnya Allah dalam firmanNya dalam surat Al-Maidah ayat 8.

Orang yang berbuat adil dan memaafkan orang lain termasuk orang yang mulia. Sebab dia tidak melampiaskan balas dendam atau sakit hati kepada orang lain. Orang seperti ini mendapat kedudukan tinggi menurut pandangan Allah dan dihormati masyarakat serta disegani pihak musuh. Minta maaf dan memaafkan kadang berat bagi orang-orang tertentu, namun teladan yang baik adalah pada diri Rasulullah SAW. Beliau telah menunjukkan kebesaran jiwanya,keagungan,kewibawaan dan kehormatan beliau antara lain dengan memaafkan orang yang akan membunuhnya yakni Da’tsur dan Zainab binti AlHarits. Disebutkan dalam suatu kisah bahwa Zainab pernah melakukan usaha pembunuhan terhadap Rasulullah dengan racun. Zainab yang isteri seorang tokoh Yahudi ini membubuhkan racun pada makanan yang disuguhkan kepada Rasulullah yang saat itu dimakan bersama Bisyr bin Bara’. Saat itu Bisyr sempat menelan makanan itu lalu beberapa saat kemudian meninggal. Sedang nabi Muhammad SAW baru pada tahap mengunyah lalu memuntahkannya lalu mengatakan bahwa makanan itu memberitahukan kepada beliau bahwa dia beracun. Setelah kejadian itu Zainab dipanggil oleh nabi dan ditanya:”Mengapa engkau sampai hati melakukan peracunan itu?” Kemudian wanita jahat itu menjawab:”Kiranya bukan rahasia lagi bahwa kaumku ingin membunuh tuan. Apabila tuan seorang raja pasti sudah wafat kena racun tadi. Akan tetapi bila tuan seorang nabi, maka tidak akan wafat, sebab tuan pasti diberitahu oleh Allah bahwa makanan itu beracun. Nyatanya demikian, karena tuan sebagai Nabi, maka tuan selamat.” Kemudian Rasulullah memaafkan dan melepaskan wanita kejam tadi. Karena pemberian maaf tadi, maka wanita Yahudi itu akhirnya masuk Islam dengan kesadaran tanpa paksaan.
Memaafkan orang lain termasuk tanda orang yang taqwa di samping tindakan yang lain seperti infak, menahan marah,serta mohon ampunan kepada Allah ketika berbuat salah atau menganiaya diri sendiri. Apabila mereka itu mampu melaksanakannya, maka Allah akan memberikan maghfirah dan mendapatkan balasan surga di hari kemudian.

Marah pada saat dan kesempatan yang tepat dapat menunjukkan kewibawaan dan memperkokoh kekuasaan. Akan tetapi apabila salah sasaran dan keliru waktu, marah akan menurunkan kewibawaan. Orang yang sering marah pada suatu waktu kok tidak marah, akan dikatan kok tumben tidak marah.

Pada suatu ketika ada seseorang menghadap kepada Rasulullah dan bertanya:”Apakah agama itu?” Nabi menjawab:”Budi pekerti yang baik”.Kemudian orang itu datang lagi tiga kali dari arah kiri,kanan dan belakang dan menanyakan hal yang sama. Nabipun menjawab yang sama bahwa agama adalah budi pekertiyang baik. Selanjutnya pada pertanyaan yang terakhir Nabi menjawab bahwa Agama itu ialah Jangan marah (HR Muhammad bin Nashr dari Abu Al ‘Ala’ bin Syuhair).
Di samping itu untuk menciptakan kerukunan dan agar jurang kesenjangan tidak semakin lebar, maka bagi mereka yang berkelebihan (harta,ilmu,kekuatan,kekuasaan) hendaknya mau memberikan sebagian kepada orang lain. Sebab adanya permusuhan terselubung mungkin disebabkan yang berkuasa angkuh dan tidak mau menyapa yang lemah. Merebaknya perampokan dan pencurian mungkin terpicu oleh kebakhilan si kaya yang tidak perduli kepada fakir miskin. Mereka malah pamer kekayaan dan congkak di mata orang-orang yang sedang kesulitan mencari nafkah.
Para ilmuwan yang diberi kelebihan dalam ilmu sewajarnya apabila mau menularkan ilmunya kepada masyarakat untuk kesejahteraan mereka. Sebab hakekat ilmu pengetahuan itu adalah produktivitas dan bukan sekedar gelar tanpa kegiatan apapun.
Apabila dalam kehidupan yang beraneka ragam agama,suku,ras,aliran politik dan tingkat pendidikan ini terjadi sikap saling menghormati,mampu menahan marah, saling memaafkan dan yang kuat mau membantu yang lemah, maka sudah barang tentu akan tercipta ketenteraman,kedamaian dan kerukunan. Perlu disadari kembali untuk bermasyarakat,berbangsa dan bernegara Indonesia yang satu.
Seseorang atau kelompok yang sedang berkuasa tak perlu sok kuasa dan mumpung kuasa lalu sewenang-wenang. Toh kekuasaan itu tidak abadi. Kiranya dapat direnungkan bahwa wayang itu kalu sudah masuk kotak tidak akan digubris oleh penonton/masyarakat. Rakyat kecil atau bawahanpun tak perlu menaruh dendam bila suatu ketika menerima perlakuan yang tidak adil. Yang jelas yang kuat wajib menyantuni yang lemah, si lemah perlu bersabar dan menyadari kondisi yang dialami saat ini. Kemudian dengan berjuang dan memohon kepada Allah semoga dengan ridla Allah akan terjadi perubahan nasib menjadi lebih baik.

Apabila terjadi konflik di antara kita,hendaknya segera disadari untuk saling memaafkan. Sungguh mulia hati yang suka memberi maaf,sangatlah dihormati oleh masyarakat danlawanpun berbalik mengaguminya. Allah akan memberikan kedudukan tinggi di sisiNya. Menciptakan kerukunan dapat dimulai dengan meniadakan saling dengki,saling mencurigai dan saling menghujat. Rasulullah mengingatkan dengan sabdanya yang artinya :”Jangan diantara kamu sekalian itu saling dengki,saling intip, maupun saling membenci/marah,dan jangan saling bertolak belakang, dan jangan pula sebagian kamu itu membeli sesuatu di atas (harga) pembelian yang lain, jadilah kamu sekalian hamba- hamba Allah yang bersaudara”
Dengan adanya saling memaafkan insya Allah kita betul-betul jadi hamba Allah yang saling bersaudara dan hidup bahagia dunia akhirat. Amin.

Tidak ada komentar: