Selasa, 26 Agustus 2008

Mudik

Setiap kali menjelang Idul Fitri, kita ingat mudik. Banyak penduduk kota yang kembali ke kampung halaman, tempat mereka dilahirkan. Bersilaturahim sambil berlibur,berekreasi, bernostalgia, bahkan kemungkinan juga sebagaimana disinyalir oleh para pengamat , sebagian para pemudik itu memamerkan Sukses yang telah dicapai dalam perantauan.
Telepas dari motif apa yang mendorong mereka mudik, sepanjang masih dikaitkan dengan silaturahmi, merupakan kebiasaan atau tradisi yang mengandung nilai-nilai ajaran agama.
Banyak terjadi hubungan kekeluargaan antara mereka yang berada di perantauan dengan saudaranya di kampung sedemikian renggang, bahkan terputus, karena berbagai faktor. Dengan mudik yang bermotifkan silaturahmi, akan terjalin kembali hubungan tersebut, akan terhimpun kembali yang sekian lama tersentak, akan tersambung kembali apa yang selama ini putus. Rasulullah SAW bersabda : “ Tidak bersilaturahim ( namanya ) orang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi yang ( dinamakan bersilaturahim adalah ) menyambung apa yang putus “ ( HR Bukhari )
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, “mudik “ artinya berlayar, pergi ke udik (hulu sungai , pedalaman ); pulang ke kampung halaman, menjelang hari lebaran……….. .Resiko bagi orang yang mudik; menyongsong arus, menyosong pasang, rintangan dari kiri dan kanan, namun diteruskan juga. Suka duka para pemudik tentu saja beragam
Setiap tahun, stasiun-stasiun TV menyajikan kembali “ Laporan pandangan mata “ arus mudik, dengan tema “ Macet Pantura “, kemacetan lalu lintas darat sepanjang pantai utara Pulau Jawa, sehubungan dengan mudik tradisional untuk reuni keluarga di kampung halaman. Dalam tayangan ini kita menyaksikan kepadatan lalu lintas perjalanan di stasiun kereta api, terminal bus, pelabuhan ferry, dan Bandar udara “ Elit “ ekonomi memenuhi bandara untuk berlibur ke luar negeri. Laporan pandangan mata arus mudik itu ditujukan kepada siapa ? Apabila ditujukan kepada pemudik, memberi informasi kepada motoris atau auto mobilis; tempat terjadi kemacetan, jalur yang relatif lancar,, jalur alternatif, kecelakaan, air bah, tanah longsor, pos polisi, layanan kesehatan, begkel dan sebagainya.
Tetapi sayang, kebanyakan sepeda motor dan mobil tidak membawa TV portable atau mini. Untuk mereka lebih penting informasi melalui radio, ataupun petunjuk-petunjuk dari polisi lalu lintas. Penerangan di terminal bus tentang harga karcis penting sekali; karena pungutan dalam bus di tengah jalan biasanya hanya “ akan ditindak sampai tuntas”
Mudik dengan segala resikonya memang melibatkan segala lapisan masyarakat. Menteri, Dirjen dan pejabat lainnya’ perlu memeriksa” langsung ke berbagai terminal, station, pelabuhan, terminal bus dan kereta api. Mereka juga perlu mengunjungi pasar-pasar ibu kota untuk berbincang-bincang tentang harga telur dan cabe merah keriting dengan pedagang pedagang eceran.
Mudik memang membawa berkah……………………..
Karena didorong oleh semangat silaturahim, maka dari tahun ke tahun semakin menggairahkan bagi para perantau. Walaupun kadang merasa sengsara, namun membawa nikmat karena akan bertemu denga keluarga, tetangga, dan sahabat di kampung
Mudik dalam rangka menyambut Idul Fitri adalah hari gembira yang berganda: gembira karena lebaran, dan gembira karena pertemuan. Dan tidak ada salahnya seseorang yang mudik menampakkan sukses yang diraih ini asalkan tidak mengandung unsur pamer, sombong dan pemborosan sehingga memancing timbulnya kecemburuan sosial.
Menampakkan sukses merupakan salah satu cara mensyukuri nikmat Allah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW .”Allah senang melihat hasil nikmatnya ( ditampakkan ) Oleh hambanya-Nya” Dalam surat Adh Dhuha ayat 11 dijelaskan “ adapun nikmat Tuhanmu hendaklah engkau syukuri dan sumbangkan “ Sebagian mufasir memahami ayat ini sebagai perintah untuk menyampaikan kepada orang lain dalam bentuk ucapan atau sikap betapa besar nikmat Allah yang telah diraihnya.Oleh karena itu para pemudik dan siapa saja hendaknya selalu merenungkan dan menghayati pesan Illahi dalam suart Al Hadid ayat 23 :”Agar kamu tidak terlalu berduka cita terhadap sesuatu yang telah luput dari padamu, sebaliknya jangan terlalu gembira dengan sukses yang telah kamu capai. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri “
Mudik, yang dirangkaian dengan berhalal bihalal merupakan sesuatu bentuk aktifitas yang mengantarkan para pelakunya untuk meluruskan benang kusut, menghangatkan hubungan yang tadinya membeku sehingga cair kembali, melepaskan ikatan yang membelenggu, serta menyelesaikan kesulitan dan problem yang menghadang terjalinnya keharmonisan hubungan. Yang beku dihangatkan, yang kusut diluruskan dan yang keruh dicerahkan. Itulah mudik, bernafaskan silaturahmi bernuansa halal bihalal, dan mudik berbasis tradisi khas bumi Indonesia.

Tidak ada komentar: